BENGKALIS - Musabaqoh Tilawatil Qur'an (MTQ) tingkat Kecamatan Talang Muandau, telah digelar dan dibuka secara langsung .
Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur'an (LPTQ) Kabupaten Lakukan Pembinaan dan Pelatihan. Dalam pelaksanaan MTQ/STQ pada setiap jenjangnya, peran dan tugas Dewan Hakim MTQ tidaklah ringan, sebuah tugas yang menuntut tanggung jawab.
Abdullah Nur atau yang lebih dikenal dengan panggilan Andak Dolah adalah putra dari pasangan H. Muhammad Nur dan Mardiah. Ia lahir di Bengkalis tahun 1910 dan wafat tahun 1997 dimakamkan di Kelapapati Laut. Ia memiliki dua orang istri; Sri Banun dan Juriah.
Dari istri pertama, ia memiliki tiga orang anak dan dari istri kedua dianugerahi delapan orang anak. Pendidikan dasarnya diawali di Sekolah Rakyat (SR) di Bengkalis, kemudian ia berangkat ke Medan Sumatera Utara untuk melanjutkan pendidikan menengahnya di sebuah pondok pesantren di sana selama tujuh tahun di bawah asuhan gurunya K.H. Syaikh Maksum.
Sepulangnya dari Medan, Ia mulai melakukan aktifitas dakwah secara berkeliling, dari satu kampung ke kampung lainnya bahkan sampai ke luar pulau Bengkalis, yaitu Selat Panjang, Sungai Pakning dan Merbau.
Tahun 1945, Andak Dolah menjadi Tentara Indonesia yang berjuang melawan Belanda di Bengkalis. Tentang perjuangan melawan Belanda ini, Zawiyah, Puteri sulung beliau dari Istri pertama menuturkan bahwa tatkala mengungsi ke Sungai Alam, Andak Dolah sempat tertangkap oleh Tentara Indonesia yang bekerja untuk Belanda.
Lalu Ia bersama rekan-rekannya dibawa ke Rimbasekampung untuk dijemur sampai sore hari di hadapan pasukan Belanda, dan sudah dipersiapkan lubang galian yang rencananya diperuntukkan untuk jenazah mereka setelah dibunuh.
Dalam situasi yang kritis ini, rupanya Andak Dolah masih punya kesempatan untuk hidup berkat pengakuan salah seorang tentara Indonesia yang bekerja untuk Belanda yang menegaskan bahwa Ia adalah orang baik-baik, mengajarkan agama kepada orang-orang.
Akhirnya ia selamat dari pembantaian, sementara rekan-rekannya yang lain mati dalam kondisi yang menyedihkan. Zawiyah juga bertutur tentang pengalaman pahit ayahandanya ketika pecah perang dengan Tentara Jepang dimana ia berhari-hari makan padi dicampurkan dengan beras.
Tahun 1948 Andak Dolah bekerja di Kantor Urusan Agama Bengkalis yang pada waktu itu berkantor di Jl. Cokroaminoto. Atasannya kala itu adalah H.Zakaria, seorang tokoh agama yang juga disegani di Bengkalis.
Tahun 1959, Andak Dolah dilantik menjadi Hakim Agama Pengadilan Syariah Bengkalis yang pada waktu itu dilaksanakan di Surabaya. Di lembaga inilah, Andak Dolah mengabdikan diri sampai masa pensiun.
Di samping berprofesi sebagai Hakim Agama, Andak Dolah juga aktif berpolitik. Saluran politiknya yang pertama adalah Partai Masyumi, ia pernah menghadiri Kongres Partai tersebut di Palembang tahun 1959. Setelah Masyumi bubar, ia bergabung ke Partai NU.
Pada era Orde Baru di mana partai politik didifusi menjadi tiga partai politik. Ia memilih partai Golkar untuk memperjuangkan aspirasinya. Setiap masa pemilu tiba, ia termasuk juru kampanye yang aktif memperjuangkan partainya. Perjuangannya membuahkan hasil, ia menjadi Anggota DPRD Kabupaten Bengkalis selama empat periode.
Andak Dolah adalah seorang yang disegani semasa hidupnya. Meskipun demikian, ia seorang pekerja keras dan tidak mau menyusahkan orang lain. Selagi masih mampu melakukan suatu pekerjaan, ia lebih memilih untuk menyelesaikannya sendiri.
Ia adalah seorang yang jujur dan memegang prinsip, termasuk hal-hal yang menyangkut kehidupan rumah tangganya. Yang paling menarik, dalam buku catatan hariannya ditemukan beberapa rincian pembagian harta (kekayaan) untuk istri-istri dan anak-anaknya dengan menyebutkan sumber-sumber keuangannya secara jelas dan transparan.
Sosok yang menggemari permainan Bulu Tangkis dan Sepak Bola ini, semasa hidupnya sangat intensif melakukan dakwah ke masjid-masjid secara berkeliling bahkan sampai usia tua ia tetap aktif melakukan pengajian agama.
Ceramah-ceramahnya sangat menyentuh dan tidak menyinggung perasaan siapapun. Buah dari keuletan dan keikhlasan dalam melakukan tugas yang mulia itu, membuat ia dan pendapatnya senantiasa menjadi rujukan dalam masalah-masalah agama Islam sampai hari ini.
Dalam hal mendidik anak, Andak seorang yang tegas dan tidak toleran terhadap pergaulan bebas antara lawan jenis. Bahkan ia selalu memantau gerak-gerik anak-anaknya yang dinilainya mencurigakan, Jikalau terbukti, ia akan marah besar kepada mereka. Begitu ketatnya beliau dalam mendidik, membuat sebagian anak-anaknya tidak mengenal lingkungan sekitar.
Sesuai dengan latar belakang pendidikan dan saluran politiknya, pemahaman keagamaan Andak lebih dekat kepada Nahdlatul Ulama (NU) yang sangat akomodatif terhadap tradisi-tradisi lokal yang berkembang di masyarakat. Dalam bidang fiqih (hukum), ia adalah pendukung fanatik mazhab Syafi’i. sangkin kentalnya dengan NU-nya, banyak kalangan yang berkomentar, selagi Andak Dolah masih hidup jangan diharap Muhammadiah akan masuk Bengkalis.
Sebenarnya secara pribadi, Andak tidaklah sekstrim itu. Pada saat-saat usia senja, Ia pernah diberitahu bahwa ajaran-ajaran Muhammadiah sudang mulai berkembang di Bengkalis. Ia menjawab,”asal jangan Kristen ajolah yang berkembang di Bengkalis. Selagi masih Islam tak perlu dikhawatirkan”
Penulis :
Beliau adalah salah seorang dosen di STAIN Bengkalis juga aktif dibeberapa lembaga keislaman seperti NU, MUI dan LPTQ. Saat ini Ustadz yang pernah mengenyam pendidikan di UIN Suska Riau ini karya tulisnya sering dimuat dibeberapa media seperti Riau Pos.
Pengirim :BENGKALIS - Musabaqoh Tilawatil Qur'an (MTQ) tingkat Kecamatan Talang Muandau, telah digelar dan dibuka secara langsung .
BENGKALIS - Innalillahi wainna ilaihi rojiun. Telah berpulang ke Rahmatullah, H Ahmad Nawawi Naim bin H Muhammad Naim, Rabu 1.
BENGKALIS, LPTQ - Perhelatan Musabaqoh Tilawatil Qur'an (MTQ) Ke-3 tingkat Kecamatan Bathin Solapan resmi dibuka Plh Bu.
BENGKALIS, LPTQ - Bertempat di halaman Kantor Desa Simpang Padang Jalan LKMD, sebanyak 13 Stand Bazar Musabaqah Tilawatil Q.