Menemukan tema yang kuat dan relevan untuk sebuah naskah Syarhil Qur'an seringkali menjadi kunci utama untuk tampil memukau d.
Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur'an (LPTQ) Kabupaten Lakukan Pembinaan dan Pelatihan. Dalam pelaksanaan MTQ/STQ pada setiap jenjangnya, peran dan tugas Dewan Hakim MTQ tidaklah ringan, sebuah tugas yang menuntut tanggung jawab.
Dalam persiapan menghadapi kompetisi, menemukan referensi naskah Syarhil Quran terbaru yang kuat dan relevan seringkali menjadi tantangan tersendiri. Banyak peserta mencari tema yang tidak hanya memiliki dasar Al-Qur'an yang kokoh, tetapi juga mampu menjawab isu-isu aktual yang terjadi di tengah masyarakat. Naskah yang unggul adalah naskah yang dapat menghubungkan pesan-pesan ilahi dengan konteks kehidupan sehari-hari, sehingga syarahan yang disampaikan tidak hanya indah didengar, tetapi juga menggugah kesadaran dan memberikan pencerahan bagi para hadirin.
Salah satu tema yang selalu aktual dan sangat penting untuk diangkat dalam panggung musabaqah di Indonesia adalah "toleransi umat beragama dalam kehidupan berbangsa". Di tengah keberagaman yang menjadi anugerah sekaligus tantangan, tema ini menjadi sangat relevan untuk terus didengungkan. Mengupas toleransi dari sudut pandang Al-Qur'an menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang menjunjung tinggi perdamaian dan keharmonisan, selaras dengan nilai-nilai luhur Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi pilar bangsa.
Menjawab kebutuhan tersebut, artikel ini akan menyajikan sebuah konsep utuh naskah syarhil quran yang membahas tema toleransi secara mendalam dan sistematis. Naskah ini dirancang lengkap dengan pilihan ayat yang representatif, uraian syarahan yang persuasif, hingga sentuhan pantun yang memperkaya penyampaian. Tujuannya adalah untuk memberikan sebuah referensi yang siap pakai dan mudah diadaptasi, serta mampu menjadi materi yang berbobot untuk meraih prestasi terbaik dalam kompetisi.
Konsep Syarhil Qur'an Terbaru dengan Pantun
Judul: Merajut Harmoni dalam Keberagaman: Risalah Qur'ani untuk Persatuan Bangsa (Dengan Pantun)
Tema: Toleransi Umat Beragama dalam Kehidupan Berbangsa
Peran:
Qari/Qariah: Pelantun ayat suci Al-Qur'an.
Sari Tilawah: Penerjemah makna ayat dengan intonasi puitis dan mendalam.
Syarah: Penceramah yang menguraikan, menganalisis, dan mengontekstualisasikan ayat, serta melantunkan pantun.
(Mulai dengan Posisi Ketiga Peserta Berdiri Tegak di Panggung)
Syarah:
Bunga cempaka bunga melati,
Tumbuh indah di taman sari.
Berbeda keyakinan di dalam hati,
Bukan halangan untuk bersatu padu membangun negeri.
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
(Memulai dengan hamdalah dan shalawat)
Dewan hakim yang kami muliakan, para cerdik pandai, serta hadirin dan hadirat, saudara sebangsa dan setanah air.
Indonesia, negeri kita tercinta, adalah sebuah mozaik agung. Terbentang dari Sabang sampai Merauke, ia diwarnai oleh ragam suku, bahasa, dan juga agama. Keberagaman ini adalah anugerah, sebuah takdir keindahan dari Sang Maha Pencipta. Namun, anugerah ini akan menjadi musibah jika kita gagal merawatnya dengan bingkai TOLERANSI.
Maka, hadapkanlah segenap perhatian, seraya kami persembahkan syarahan Al-Qur'an berjudul: "Merajut Harmoni dalam Keberagaman: Risalah Qur'ani untuk Persatuan Bangsa".
Sebagai fondasi utama dalam beragama, mari kita dengarkan firman Allah SWT dari Surah Al-Baqarah ayat 256.
BAGIAN 1: FONDASI TOLERANSI – TIADA PAKSAAN DALAM BERAGAMA
Qari/Qariah:
(Melantunkan Surah Al-Baqarah [2]: 256 dengan tartil)
Sari Tilawah:
(Membacakan terjemahan dengan penuh penghayatan)
"Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui."
Syarah:
Hadirin yang berbahagia.
LAA IKRAAHA FIDDIIN! Tidak ada paksaan dalam beragama! Inilah prinsip fundamental yang diajarkan Al-Qur'an. Ayat ini turun bukan di saat Islam lemah, melainkan di saat Islam telah memiliki kekuatan di Madinah. Ini membuktikan bahwa toleransi dalam Islam bukanlah strategi, melainkan sebuah prinsip abadi.
Iman adalah buah dari hidayah yang bersemayam di dalam hati, ia tidak bisa dipaksakan dengan ujung pedang maupun lisan yang menghardik. Prinsip agung ini selaras dengan sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, yang menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing. Jika Allah saja tidak memaksa hamba-Nya, lantas siapa kita yang berani memaksa keyakinan sesama?
Lalu, jika kita tidak boleh memaksa, bagaimana seharusnya kita bersikap terhadap perbedaan yang ada? Al-Qur'an memberikan jawabannya.
BAGIAN 2: TUJUAN PENCIPTAAN – SALING MENGENAL DALAM PERBEDAAN
Syarah:
Allah SWT secara sengaja menciptakan kita berbeda-beda. Bukan untuk saling mencela, bukan untuk saling memusuhi, melainkan untuk sebuah tujuan yang mulia. Mari kita renungkan bersama dalam Surah Al-Hujurat ayat 13.
Qari/Qariah:
(Melantunkan Surah Al-Hujurat [49]: 13 dengan tartil)
Sari Tilawah:
(Membacakan terjemahan dengan penuh penghayatan)
"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti."
Syarah:
Hadirin yang terhormat.
Kata kuncinya adalah LITA'AARAFUU—agar kamu saling mengenal. Perbedaan diciptakan bukan untuk menjadi tembok pemisah, melainkan jendela untuk saling memahami. Dari saling mengenal, akan tumbuh saling mengerti. Dari saling mengerti, akan lahir saling menghargai. Inilah esensi dari semboyan negara kita, Bhinneka Tunggal Ika.
Naik perahu ke Pulau Rote,
Jangan lupa membawa bekal.
Mari saling sapa dan kenali,
Agar persaudaraan kebangsaan kekal.
Saling mengenal ini menuntut kita untuk berinteraksi, berdialog, dan bekerja sama dalam urusan kemanusiaan dan kebangsaan. Lalu bagaimana batasan dan wujud nyata dari interaksi ini?
BAGIAN 3: IMPLEMENTASI TOLERANSI – BERBUAT BAIK DAN BERLAKU ADIL
Syarah:
Al-Qur'an tidak hanya berhenti pada konsep, tetapi juga memberikan panduan praktis. Bagaimana sikap seorang muslim terhadap non-muslim yang hidup berdampingan secara damai? Mari kita simak petunjuk-Nya dalam Surah Al-Mumtahanah ayat 8.
Qari/Qariah:
(Melantunkan Surah Al-Mumtahanah [60]: 8 dengan tartil)
Sari Tilawah:
(Membacakan terjemahan dengan penuh penghayatan)
"Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil."
Syarah:
Allahu Akbar!
Ayat ini adalah lampu hijau bagi kita untuk an-tabarruuhum wa tuqsithuu ilaihim—untuk berbuat baik dan berlaku adil kepada siapa pun yang tidak memusuhi kita. "Berbuat baik" mencakup hubungan sosial seperti menolong saat tetangga kesusahan, menjenguk saat mereka sakit, dan mengucapkan selamat atas kebahagiaan mereka. "Berlaku adil" mencakup muamalah dalam bisnis, hukum, dan pemerintahan tanpa memandang latar belakang agamanya.
Inilah wujud nyata toleransi aktif. Bukan sekadar diam dan tidak mengganggu, tetapi proaktif dalam menebarkan kebaikan dan keadilan sebagai bukti bahwa Islam adalah rahmatan lil 'alamin.
KESIMPULAN DAN PENUTUP
Syarah:
Maka, dari tiga mutiara ayat yang telah kita kaji, jelaslah risalah Islam untuk kehidupan berbangsa:
Prinsip dasar: Tidak ada paksaan dalam keyakinan.
Tujuan mulia: Perbedaan adalah untuk saling mengenal dan memahami.
Tindakan nyata: Wajib berbuat baik dan adil kepada semua warga bangsa yang cinta damai.
Hadirin, saudara sebangsa dan setanah air. Merawat toleransi adalah merawat Indonesia. Menjaga kerukunan adalah menjaga warisan para pahlawan. Mari jadikan perbedaan sebagai kekuatan, bukan sebagai alasan untuk perpecahan.
Jika menebang sebatang tebu,
Robohkan bersama agar ringan.
Jika toleransi bangsa kita padu,
Aman sentosa mencapai tujuan.
Mari kita buktikan kepada dunia, bahwa dari bumi Pancasila ini, Islam dan nilai-nilai kebangsaan dapat berjalan seiring, merajut harmoni dalam indahnya keberagaman.
Terima kasih atas segala perhatian, mohon maaf atas segala kekurangan.
Wabillahi taufiq wal hidayah,
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Menemukan tema yang kuat dan relevan untuk sebuah naskah Syarhil Qur'an seringkali menjadi kunci utama untuk tampil memukau d.
Antusiasme para insan Qur'ani pernah tertuju ke Kalimantan Timur, puncaknya saat menjadi tuan rumah perhelatan akbar Musabaqa.
Gempita Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional XXIX tahun 2022 di Kalimantan Selatan telah usai, namun ilmunya tak akan per.
Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur'an (LPTQ) Kabupaten Bengkalis menyelenggarakan rapat Persiapan Pelaksanaan Musabaqoh Tilaw.