BENGKALIS - Musabaqoh Tilawatil Qur'an (MTQ) tingkat Kecamatan Talang Muandau, telah digelar dan dibuka secara langsung .
Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur'an (LPTQ) Kabupaten Lakukan Pembinaan dan Pelatihan. Dalam pelaksanaan MTQ/STQ pada setiap jenjangnya, peran dan tugas Dewan Hakim MTQ tidaklah ringan, sebuah tugas yang menuntut tanggung jawab.
H. Ustadz Mil termasuk salah seorang tokoh ulama kharismatik dan cukup berpengaruh di wilayah Bengkalis dan sekitarnya dalam rentang waktu 1942 - 2013. Beliau lahir di Sungai Pakning, 20 Nopember 1918, anak kedua dari tujuh bersaudara. Ayahnya adalah seorang petani karet. Dalam Usia 5 tahun ia telah ditinggal oleh Ayahnya.
Sepeninggal ayahnya, ia menjadi tulang punggung keluarga bersama abangnya. Di usianya yang masih muda, ia terpaksa harus bekerja memotong karet dan memanjat pohon pinang untuk membiayai kehidupan adik-adiknya.
Tentang pekerjaannya ini, Ustadz Mil bercerita bahwa tangannya pernah terluka terkena sabitan pisau toreh yang sampai saat ini masih ada bekasnya di tangan kanannya dan memanjat pohon pinang dengan cara melenturkan pelepahnya lalu berpindah-pindah dari satu pohon ke pohon lainnya tanpa harus turun lagi .
Ustadz yang masa mudanya hobi main sepak bola ini, masuk sekolah dasar dalam usia yang relatif muda pada masanya jika dibandingkan dengan teman-teman sekolahnya yang sudah berusia dewasa. Dan ia termasuk anak kecil pertama yang masuk sekolah di kampungnya pada waktu itu.
Tentang pengalamannya masuk sekolah ini, ustadz Mil pernah bertutur, pada awalnya ia hanya ikut mengantar abangnya ke sekolah bersama ayahnya. Tiba di sekolah, ia melihat orang ramai belajar sambil bermain di sekolah, ia tidak mau pulang ke rumah. Akhirnya, salah seorang guru yang bernama Karim berkata kepada ayahnya,”biarlah ia tinggal di sekolah”. iapun ikut belajar di sekolah.
Pada perkembangannya kemudian, Guru Karim melihat anak yang satu ini cukup cerdas, dimana ia bisa mengikuti pelajaran sekolah tingkat awal dengan baik. Iapun menyarankan kepada ayahnya agar Ustadz Mil dibolehkan masuk sekolah. Ayahnyapun setuju, akhirnya iapun masuk sekolah.
Ustadz mil, pada awalnya memiliki nama Musa, pemberian almarhum kakeknya, dan Mak saudaranya memanggilnya dengan sebutan Comel. Tapi Guru Karim menukarnya dengan nama Mil sehingga nama itu lebih dikenal di kalangan Masyarakat.
Setelah tamat dari pendidikan dasarnya di Sekolah Gouvernemen di Sungai Pakning tahun 1930, Ustadz Mil melanjutkan pendidikan tingkat Tsanawiyah di Madrasah Khairiyah Sungai Pakning. Ketika itu ia belajar sambil bekerja untuk membiayai keperluan pendidikannya.
Setelah menyelesaikan studi tingkat Tsanawiyahnya, ia melanjutkan pendidikan ke negeri jiran tepatnya di negeri Kelantan, Malaysia yaitu di Jami’ Merbau Isma’ili. Walaupun tanpa biaya yang memadai, berkat keyakinan hati yang kuat untuk menuntut ilmu, ustadz Mil berangkat ke Malaysia tahun 1937 dengan menumpang sebuah kapal KPM dari Sungai Pakning ke Singapura.
Dari Singapura, Ia naik Kereta Api ke Kelantan dengan waktu tempuh lebih kurang satu hari satu malam. Pada masa-masa awalnya, ustadz Mil mengaji dengan guru secara halaqah di Masjid Kota Baru, Kelantan. lalu pindah ke Jami’Merbau Isma’ili. Pada waktu itu, Ustadz Mil Tinggal di pondok bersama teman-teman pelajarnya.
Tentang pengalaman studinya selama berada di Kelantan, Ustadz Mil pernah bercerita,” ia selalu menanak nasi sambil merebus telur dalam satu panci”. Dan menu sederhana itulah yang selalu disantapnya dalam masa-masa studinya di negeri orang. Namun tekad yang kuat dalam menuntut ilmu, tak menyurutkan semangatnya walaupun harus rela makan seadanya.
Selama 3 tahun di rantau, Ustadz Mil tidak pernah kembali ke kampung halamannya. Sampai pada suatu saat Ia berniat untuk pulang kampung. Setelah beberapa minggu di kampung, iapun ingin kembali lagi Ke Malaysia. Sebagaimana biasa, iapun berangkat menuju Singapura. Setibanya di Singapura tersebar berita bahwa tentara Jepang telah masuk dan menduduki Malaysia, dan negeri Kelantan ternyata telah berhasil ditaklukan. Dan Singapurapun menjadi target serangan tentara Jepang.
Mengenai pendudukan Jepang ini di negeri Malaya ini, Ustadz Mil bercerita, “sewaktu bom pertama kali dijatuhkan oleh tentara Jepang di Singapura, ia ketika itu sedang berada di sana.” Akhirnya ia terkurung selama lebih kurang 10 hari di negeri yang zaman dahulu dikenal dengan sebutan Tumasik itu karena tak ada satupun kapal yang berlayar menuju Indonesia. Setelah masa-masa sulit itu berlalu, iapun pulang dan menetap di Sungai Pakning sejak tahun 1941.
Setelah menetap di Sungai Pakning, Ustadz Mil memulai aktifitas awalnya dengan menjadi Guru Agama Madrasah Ibtidaiyah di Sungai Pakning sampai masa kemerdekaan (1942-1945). Di samping itu ia juga aktif melakukan dakwah Islamiyah secara berkeliling dari satu masjid ke masjid lainnya, dari satu kampung ke kampung lainnya.
Ustadz Mil telah mampu melakukan banyak perubahan penting dalam aspek ibadah dan tradisi keagamaan yang berkembang saat itu. Diantaranya beliau telah berhasil memprakarsai sejumlah kaum perempuan untuk melakukan sholat berjamaah di Masjid, baik shalat lima waktu, sholat taraweh dan sholat hari raya. Yang sebelumnya, tak pernah dijumpai di masyarakat.
Iapun telah berhasil membentuk organisasi syarikat kematian yang mampu menghapus tradisi lama yang berkembang di masyarakat yang dirasakan amat berat sekali bagi masyarakat Islam pada waktu itu yaitu apabila ada anggota keluarga yang meninggal dunia, maka pihak keluarga wajib menyiapkan sebuah cincin emas yang diistilahkan dengan Cincin Peruang sebagai hadiah yang diberikan kepada orang yang memandikan mayat sebagai ucapan terima kasih atas penyelenggaran jenazah keluarganya.
Tidak hanya itu, pihak keluarga juga harus melaksanakan Kenduri Turun Tanah yang membutuhkan biaya cukup besar. Tidak jarang pada waktu itu, keluarga yang ditimpa musibah boleh jadi akan menjual kebun yang dimilikinya untuk mempersiapkan biaya penyelenggaran jenazah tersebut.
Ketika Belanda kembali ke Indonesia, Ustadz Mil menjadi Setia Usaha Pembantu Komando Pangkalan Gerilya Kecamatan Bukit Batu sekitar tahun 1948. Tentang pengalamannya bergabung ke Barisan Sipil Gerilya ini, ia bercerita bahwa ia sering masuk hutan keluar hutan selama lebih kurang satu tahun. Bahkan ia pernah berjalan kaki sambil memikul beras dari Bukit Batu ke Lubuk Gaung untuk dibagikan kepada masyarakat yang mengungsi di wilayah pedalaman.
Suatu ketika, ia pernah membawa bantuan makanan dengan menaiki sampan (perahu) dari Rantau Panjang menyusuri anak sungai ke Tanjung Belit dimana ia sering bertemu dengan buaya yang menyisiri tepian sungai. Bahkan ia pernah menyaksikan seekor buaya timbul di haluan sampannya, alangkah terkejutnya ia pada saat itu.
Tak hanya buaya, ia juga sering mendengar suara harimau yang mengaum di dalam hutan-hutan di tepian sungai. Perasaannya pada waktu itu tidak merasa takut sedikitpun, buaya dan harimau tidak dianggap sebagai lawan karena yang terpikirkan sebagai musuh satu-satunya hanya Belanda.
Tahun 1959, Ustadz Mil menetap di kota Bengkalis. Ia memulai karirnya sebagai Panitera Pengadilan Agama Bengkalis sampai tahun 1974. Tahun 1974, Ia diangkat menjadi Kepala Madrasah Aliyah Assa’adah YPPI Bengkalis.
Sejak menjadi Kepala sekaligus guru di Madrasah Aliyah Assa’adah YPPI Bengkalis ini, Kiprah dan perjuangan Ustadz Mil banyak sekali dirasakan manfaatnya oleh orang ramai dalam bidang Pendidikan dan Keilmuan Islam. Ustadz Mil menghabiskan waktu, tenaga, pikiran dan ilmunya untuk didedikasikan bagi kepentingan pengembangan Keilmuan Islam, Bahasa Arab dan Tahfidz al-Quran pada masyarakat Kota Bengkalis dan sekitarnya.
Pengabdian dan dedikasi Ustadz Mil dalam bidang pengajaran dan pengembangan Keilmuan Islam diakui sangat luar biasa oleh beberapa bekas muridnya. Sebagian mereka bertutur bahwa beliau adalah seorang guru yang tidak pernah merasa lelah dan sangat disiplin mengajar anak didiknya. Tak peduli hujan atau panas, beliau senantiasa datang mengajar kecuali kalau ia dalam keadaan sakit.
Beliau adalah guru yang sangat luas ilmu agamanya, penyanyang, tidak pernah marah dan selalu memberikan hadiah kepada murid-muridnya yang berprestasi.
Sejak pertama kali mengajar di Madrasah Aliyah Assa’adah YPPI Bengkalis, beliau dibayar dengan gaji yang relatif rendah, namun itu semua tidak mengurangi semangatnya untuk mengajar. Bahkan selama mengajar di YPPI, ia membuka kelas khusus di luar jam pelajaran bagi murid-muridnya untuk belajar membaca kitab-kitab kuning mengenai fiqih, Aqidah, Nahwu Sharaf, Qiraat Sab’ah dan Hifzil al-Quran. Dan belajar tambahan itu tidak dipungut bayaran. Tidak hanya itu, ia juga menyediakan waktu di rumahnya bagi muridnya atau masyarakat pada umumnya untuk belajar tentang hal yang serupa.
Tahun 1999, Ustadz Mil mendirikan Madrasah Tadris wa Tahfidz al-Quran yang berlokasi di Jalan H.R. Soebrantas desa Wonosari Timur Bengkalis. Madrasah ini khusus membimbing dan membina santrinya untuk Menghafal al-Quran disamping ilmu-ilmu keislaman lainnya.
Murid-murid yang belajar dengannya tidak hanya berasal dari kota Bengkalis saja, tapi juga dari daerah-daerah lainnya di Propinsi Riau. sampai hari ini sudah ratusan muridnya yang tersebar di berbagai daerah di propinsi Riau. termasuk di dalamnya para penghafal al-Quran yang mewakili Kabupaten Bengkalis pada Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) baik pada tingkat Kabupaten maupun propinsi Riau.
Tahun 2005, Ustadz Mil juga memprakarsai berdirinya Pustaka Islam Dar al-Hikmah yang pada awalnya berlokasi di Jl. Kelapapati Darat lalu saat ini pindah ke Pondok Tadris wa Tahfidz al-Quran yang berada di Jalan H.R. Soebrantas. Sampai saat ini, perpustakaan Islam ini masih tetap diakses dan dimanfaat oleh sebagian masyarakat terutama sekali para pelajar perguruan tinggi Islam yang ada di Kota Bengkalis untuk pembuatan tugas akhir mereka.
Disamping mengajar, ustadz mil juga aktif berdakwah, mengisi pengajian-pengajian keagamaan yang diselenggarakan di rumah-rumah ibadah yang ada di kawasan perkotaan sampai ke kampung-kampung di Bengkalis dan sekitarnya. Bahkan sampai ke luar Kabupaten Bengkalis.
Sebagai ulama, Ustadz Mil menjadi rujukan banyak orang untuk berkonsultasi tentang masalah-masalah fiqih dan keagamaan lainnya yang muncul di tengah-tengah masyarakat. Berkat keluasan ilmu keislaman yang dimilikinya, tahun 2003, beliau diamanahkan menjadi ketua MUI Kabupaten Bengkalis.
Kecintaan Ustadz Mil untuk mengajarkan Al-Quran, Kitab Kuning dan Ilmu-Ilmu Keislaman lainnya tidak pernah surut sampai memasuki usia senjanya. di usia tuanya dalam keadaan agak sakit-sakitan, ia masih tetap menyempatkan diri untuk membina santrinya (para penghafal al-Quran) di Pondok Tadris wa Tahfidz al-Quran. Sampai pada akhirnya, Ulama kharismatik Bengkalis ini menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 11 Oktober 2013 meninggal.
Sebagai bentuk perhargaan terhadap jasa dan perjuangan H. Ustadz Mil, STAIN Bengkalis memberikan apresiasi dalam bentuk STAIN Bengkalis Award kepada beliau pada hari senin, 1 Juni 2015 lalu yang diterima oleh salah seorang putera beliau Ahmad Zamakhsari.
Beliau adalah salah seorang dosen di STAIN Bengkalis juga aktif dibeberapa lembaga keislaman seperti NU, MUI dan LPTQ. Saat ini Ustadz yang pernah mengenyam pendidikan di UIN Suska Riau ini karya tulisnya sering dimuat dibeberapa media seperti Riau Pos.
Pengirim :BENGKALIS - Musabaqoh Tilawatil Qur'an (MTQ) tingkat Kecamatan Talang Muandau, telah digelar dan dibuka secara langsung .
BENGKALIS - Innalillahi wainna ilaihi rojiun. Telah berpulang ke Rahmatullah, H Ahmad Nawawi Naim bin H Muhammad Naim, Rabu 1.
BENGKALIS, LPTQ - Perhelatan Musabaqoh Tilawatil Qur'an (MTQ) Ke-3 tingkat Kecamatan Bathin Solapan resmi dibuka Plh Bu.
BENGKALIS, LPTQ - Bertempat di halaman Kantor Desa Simpang Padang Jalan LKMD, sebanyak 13 Stand Bazar Musabaqah Tilawatil Q.